Friday, June 3, 2011

Shaf Shalat harus Rapat dan Lurus

Kita sering mendengar bahwa jika dalam sholat berjamaah shaf makmum harus lurus dan rapat. Dan sebelum memulai shalat berjamaah imam biasanya akan memerintahkan makmum untuk meluruskan dan merapatkan shaf. Bahkan di dalam hadits disebutkan bahwa lurus dan rapatnya shaf adalah termasuk kesempurnaan shalat berjamaah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan shalat!” (HR. Al-Bukhori, dalam Fathul Bari’ no. 723)
Bagaimana sih shaf yang rapat dan lurus itu alias shaf yang benar?
Shaf yang benar ialah shaf yang lurus kemudian rapat antara bahu kita dengan bahu orang di sebelah kita, dan kaki kita dengan kaki orang di sebalah kita.
Shahabat Nu’man bin basyir berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kepada manusia (jamaah shalat) lalu bersabda, “Luruskan shaf-shaf kalian (beliau menyebutkannya tiga kali)! Demi Allah, sungguh-sungguh kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan benar-benar membuat hati-hati kalian berselisih.” Maka Nu’man bin Basyir pun melihat seseorang menempelkan bahunya kepada bahu orang disebelahnya, dan mata kakinya dengan mata kaki orang yang disebelahnya.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Luruskan shaf kalian, jadikan setentang di antara bahu-bahu, dan tutuplah celah-celah yang kosong, lunaklah terhadap tangan saudara kalian dan jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi syaithon. Barangsiapa menyambung shaf maka Allah menyambungkannya, dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya.” (HR. Bukhori, Abu Dawud no. 666, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Sunan Abu Dawud)
Jika shaf shalat renggang dan tidak lurus, maka syetan pun akan dengan mudahnya masuk ke celah-celah shaf yang kosong dan mengganggu kita dalam sholat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda, “Rapatkanlah shaf-shaf kalian, saling dekatkan, dan luruskan dengan leher-leher kalian. Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat syaithan masuk ke celah shaf seperti seekor anak domba.”. (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Apa yang akan terjadi bila shaf tidak rapat dan lurus?
Jika kita tidak mau merapatkan dan meluruskan shaf, maka Allah akan membuat hati kita berselisih sehingga umat muslim tidak bersatu, saling berbeda aqidah dan manhaj.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Benar-benarlah kalian meluruskan shaf-shaf kalian, atau Allah akan membuat berselisih di antara wajah-wajah kalian.” (HR. Al-Bukhoriy no. 717, Muslim no. 127, lafadz ini dari Muslim)
Makna Berpaling/Berselisihnya Wajah
Para ulama berbeda pendapat tentang makna "berpalingnya atau berselisihnya wajah". Sebagian mereka berpendapat, bahwasanya maknanya adalah sungguh Allah subhanahu wa ta'ala akan memalingkan antar wajah-wajah mereka dengan memalingkan sesuatu yang dapat dirasakan panca indera, yaitu dengan memutar leher, sehingga wajahnya berada dibelakangnya, dan Allah subhanahu wa ta'ala Maha Mampu atas segala sesuatu.
Dialah Allah 'Azza Wa Jalla yang telah menjadikan sebagian keturunan Nabi Adam (yaitu Bani Israil) menjadi kera, di mana Allah subhanahu wa ta'ala berkata kepada mereka: "Jadilah kalian kera yang hina" (Al-Baqarah:65) maka jadilah mereka kera.
Maka Allah subhanahu wa ta'ala mampu untuk memutar leher manusia sehingga wajahnya berada di punggungnya, dan ini adalah siksaan yang dapat dirasakan panca indera.
Adapun ulama yang lain berpendapat, bahwa yang dimaksudkan perselisihan di sini adalah perselisihan maknawiyyah, yakni berselisihnya hati, karena hati itu mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat terhadap satu arah, satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka akan didapatkan kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati berselisih maka ummat pun akan berpecah belah. Sehingga yang dimaksud perselisihan dalam hadits ini adalah perselisihan hati, dan inilah tafsiran yang paling shahih/benar, karena terdapat dalam sebagian lafazh hadits, "atau sungguh Allah akan palingkan antar hati-hati kalian."
Dengan alasan inilah, maka yang dimaksud dengan sabda beliau, "atau sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian", yakni cara pandang kalian, yang hal ini terjadi dengan berselisihnya hati.
“Benar-benarlah kalian meluruskan shaf-shaf kalian, atau Allah akan membuat berselisih di antara wajah-wajah kalian.” (HR. Al-Bukhoriy no. 717, Muslim no. 127, lafadz ini dari Muslim)
Imam Nawawi sendiri berkata: “Makna hadits ini adalah akan terjadi di antara kalian permusuhan, kebencian, dan perselisihan di hati.”
Maka hendaklah para imam mengingatkan makmumnya agar merapatkan dan meluruskan shaf. Kita harus memperhatikan masalah ini, karena Rasulullah dan para Khulafa'ur Rasyidin, yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali sangat memperhatikan masalah ini. Ketika kaum muslim telah banyak di zaman Umar, maka beliau selalu memerintahkan seseorang untuk memeriksa kerapatan dan kelurusan shaf sebelum memulai shalat, apabila shaf telah rapat dan lurus, barulah beliau memulai shalat.
Maka, marilah kita merapatkan dan meluruskan shaf shalat kita dan kita beritahu saudara-saudara kita yang belum mengetahui.

No comments:

Post a Comment